Review Jurnal PTK Matematika
Oleh Dra. Henny Lestari

Oleh:
Nama : Khoiri Anam
Nim : 1331044
Kelas : Matematika 2013-D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN (STIKIP) PGRI
SIDOARJO
2015
Jurnal PTK Matematika
Oleh Dra. Henny Lestari
KAJIAN
TEORI
A.
Strategi
Belajar dan Mengajar.
Pada setiap pengajaran ada tujuan
yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan
topik – topik yang didalamnya ada konsep – konsep yang harus sampai
pada peserta didik, dan untuk itu diperlukan pendekatan tertentu seperti
pemecahan masalah , latihan soal , latih – hafal dan mungkin
dengan pendekatan yang lainnya.
Andi Hakim Nasution ( 1982 : 243 )
menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi
kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen
pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi.
Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.
Pada pengajaran matematika sampai
sekarang ini masih menggunakan strategi lama yaitu metodenya ceramah untuk
kelas yang jumlahnya 40 peserta didik, pendekatan yang digunakan deduktif,
padahal dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling
tidak ada 40 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran, walaupun ada
beberapa metode yang tidak dapat diterapkan pada pelajaran matematika.
B.
Strategi
Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan,
metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di
atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita
Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat.
Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur
yang digunakan guru untuk membawa peserta didik dalam suasana tertentu untuk
mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini,
Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti
mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman
(1988:35-41) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau
menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut
perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang
sesuai dengan kondisi belajar peserta didik. Namun begitu tidak ada
satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang
tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan
sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada
kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang
kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa
dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis
berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan menajar
yang bergairah.
Aktifitas peserta didik belajar di kelas terwujud bila
terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes dalam Mar’at (1984:110)
menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal
(timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada
pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang
didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk
tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman
(1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis
dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan
demikian, upaya mengaktifkan peserta didik belajar dapat dilakukan dengan
mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas.
Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa
kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman
(1988:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa
dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali
hal-hal baru.
Langkah berikut adalah guru menyampaikan materi
sebagaimana biasa. Strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik
adalah pertama-tama guru masuk dan keluar kelas tepat waktu, berilah salam
hangat, gunakan bahasa yang santun dan nada bicara lembut dan buat suasana
belajar menjadi nyaman, ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar dan lebih
menarik.
1.
Mulailah
proses belajar mengajar dengan materi yang ringan tetapi menantang yang dapat
merangsang peserta didik turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang
akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
materi yang kita ajarkan agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang
kita berikan.
2.
Memahami
dan menghormati berbagai perbedaan yang ada, tidak merendahkan dan mencemooh
peserta didik serta mengormati keberhasilan setiap peserta didik.
3.
Memberi
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik untuk bicara dan jangan
menginterupsi pembicaraan peserta didik.
4.
Bila
seorang peserta didik mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan
selanjutnya berikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk memahaminya dan
memberikan komentarnya.
5.
Sekali
waktu, berilah kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan saran atau
kritik guna perbaikan proses pembelajaran.
6.
Sediakan
waktu untuk berkomunikasi dengan peserta didik di luar kelas.
b. Prosedur Pembelajaran Aktif
Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai
tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan
inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran
aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan peserta
didik pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Prosedur Mengaktifkan Peserta didik
Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama dalam peristiwa belajar
matematika adalah membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan
matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam
pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan peserta didik belajar matematika,
oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif peserta didik
harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan
guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin
tahu, dan merangsang peserta didik untuk berfikir. Bila minat peserta didik,
rasa ingin tahu peserta didik telah bangkit, serta peserta didik
telah terangsang untuk berfikir ini berarti peserta didik telah siap secara
mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran
matematika, dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental
peserta didik belum siap terlibat dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif,
Silberman (1988:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan
prosedur sebagai berikut:
a.
Tentukan rentang waktu yang pasti untuk
kegiatan awal pembelajaran.
b.
Ucapkan
salam pembuka yang menghangatkan peserta didik.
c.
Sediakan
daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan
diajarkan. Misalnya:
1. kata-kata untuk didefinisikan,
2. soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
3. pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
d.
Perintahkan peserta didik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah
ditentukan.
e.
Perintahkan peserta didik untuk menyebar
di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak
tahu jawabannya, Doronglah peserta didik untuk saling membantu.
f.
Perintahkan untuk kembali ke tempat
semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka
dapatkan.
g.
Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan
sebagai upaya merangsang berfikir peserta didik menjawab pertanyaan yang tak
satupun peserta didik bisa menjawab.
h.
Gunakan informasi-informasi yang
diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik
penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak menyukai
suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan
lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif
pilihan.
1. Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan
perintahkan peserta didik untuk menuliskan satu informasi yang menurut peserta
didik akurat tentang materi yang akan diajarkan.
2.
Kegiatan
menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok
belajar di kelas.
2.
Prosedur
Mengaktifkan Peserta didik Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran
Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika
di segala jenjang dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan
sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran aktif dalam pendidikan matematika
dapat berlangsung dalam proses penyelidikan atau proses bertanya. Peserta didik
dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif).
Kondisi ini terjadi jika peserta didik dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang
secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasakan.
Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus
dilakukan guru untuk mengaktifkan peserta didik belajar matematika adalah:
1. mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi
kegiatan peserta didik mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan, baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun
peserta didik;
2. mendorong ketertarikan peserta didik untuk mendapatkan
informasi atau menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari
jawaban atas pertanyaan;
3. mendesak peserta didik secara halus untuk bergerak
mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu pendapat
(gagasan), atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat menggunakan
berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan peserta didik dalam
kegiatan inti. Dengan memodifikasi pendapat Silberman (1988:117-206), strategi
berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik belajar
matematika:
a. Menstimulir rasa ingin tahu peserta didik
Prosedur
1. Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet)
atau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi
keingintahuan peserta didik tentang materi yang akan diajarkan. Pertanyaan yang disajikan
haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa peserta didik yang
mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa
pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja
(prosedur).
2. Doronglah peserta didik untuk berfikir, membuat skema
atau diagram, dan membuat dugaan umum.
Gunakan frase semisal “ coba tebak” atau “coba jawab”
3. Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua
dugaan peserta didik. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang
sesungguhnya. Sebagai
variasi, buatlah peserta didik berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif.
4. Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan peserta didik
kepada apa yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa peserta didik
lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya.
b. Menstimulir peserta didik untuk belajar mandiri
Prosedur
1. Bagikan kepada peserta didik bahan ajar, disertai
beberapa pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
2. Perintahkan peserta didik untuk mempelajari bahan ajar
secara mandiri atau berpasangan.
3. Perintahkan peserta didik untuk membubuhkan tanda
tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda
tanya sebanyak mungkin. Perintahkan peserta didik untuk menyusun pertanyaan
sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan
4. Perintahkan peserta didik untuk mengemukakan pertanyaan
secara tertulis. Beri kesempatan peserta didik lain untuk menanggapinya.
Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan peserta didik dibahas.
5. Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari
jawaban atas pertanyaan peserta didik.
6. Perintahkan peserta didik menyelesaikan masalah dalam
bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
7. Perintahkan peserta didik untuk mengemukakan jawaban
masalah. Berikan kesempatan peserta didik lain memberikan komentar atau
mengemukakan kemungkinan jawaban lain.
8.
Berikan pemantapan jawaban atas
pertanyaaan
Jika guru merasa bahwa peserta didik akan mengalami kesulitan
mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi yang mengarahkan
mereka.
c. Menstimulir peserta didik untuk belajar bersama dalam
kelompok.
Prosedur
1. Perintahkan peserta didik secara mandiri mempelajari bahan ajar
2. Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk
pertanyaan.
3. Perintahkan untuk membentuk kelompok. Perintahkan masing-masing kelompok
memberi nama kelompok dengan nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar,
kelompok Phytagoras dan sebagainya.
4. Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing
anggota kelompok.
5. Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang
jelas. misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau diagram yang kamu
gunakan untuk menjawab.
6. Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur
waktu.
7. Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk
menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
8. Perintahkan peserta didik untuk kembali ke posisi
semula dan lakukan salah salah satu berikut:
a. Membahas materi secara bersama
b. Dapatkan pertanyaan dari peserta didik
c. Beri peserta didik pertanyaan kuis
d. Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siwa untuk
menguji pemahaman mereka.
d. Belajar berpasangan
Prosedur:
1.
Berikan kepada peserta didik, satu atau
beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
2.
Perintahkan peserta didik untuk
menyelesaikan masalah secara perseorangan.
3.
Setelah semua peserta didik
menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka
untuk berbagi jawaban satu sama lain.
4.
Perintahkan pasangan untuk membuat
jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
5.
Bila semua pasangan telah menuliskan
jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di
dalam kelas.
6.
Perintahkan seluruh peserta didik untuk
memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan.
Untuk
menghemat waktu, bagilah seluruh peserta didik dalam 4 kelompok besar berilah
nama kelompok. Berikan permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok
Pada akhir sesi, perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban
terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik.
e. Turnamen belajar
Prosedur:
1.
Bagilah peserta didik menjadi sejumlah
tim beranggotakan 2 hingga 8 peserta didik. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah
anggota yang sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing.
2.
Berikan
bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
3.
Buat
beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan pemahaman terhadap
materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri.
Misalnya: pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah,
menyatakan rumus atau teorema.
4.
Perintahkan
peserta didik untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan
oleh masing-masing peserta didik.
5.
Setelah
semua peserta didik menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah
pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
6.
Lakukan
diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.
7.
Perintahkan
peserta didik untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan
benar, dan mintalah mereka untuk memberikan skor.
8.
Perintahkan
peserta didik untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk
mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah
tepuk tangan pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”.
9. Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke
dua dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi
sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan peserta didik dengan prosedur
seperti ronde satu
Turnamen
ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde bervariasi dan waktu tiap
ronde dapat dilakukan bervariasi, namun pastikan bahwa setiap ronde peserta
didik menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan peserta didik, guru dapat
memberikan penalti (hukuman) kepada peserta didik yang memberikan jawaban salah
dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada peserta
didik yang tidak menjawab.
f. Menstimulir pembelajaran antar peserta didik
Prosedur
1. Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai
dengan topik (sub pokok bahasan) yang akan dipelajari peserta didik. Topik dipilih yang saling terkait.
2. Beri setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau keterampilan untuk
diajarkan kepada peserta didik lain.
3. Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan atau
mengajarkan topik mereka kepada peserta didik lain. Sarankan mereka untuk
menghindari cara ceramah atau semacam pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk
menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi peserta didik
4. Kemukakan beberapa saran berikut ini:
a.
sediakan media visual
b.
berikan
kesempatan temanmu untuk membaca materi terlebih dahulu.
c.
gunakan
contoh atau analogi untuk menyajikan poin-poin pengajaran
d.
libatkan temanmu dalam diskusi atau
tanya jawab.
e.
berikan
kesempatan pada temanmu untuk bertanya
f.
Berikan
waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam maupun di
luar kelas). Kemudian
perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka. Beri tepuk tangan
atas usaha mereka.
Sebagai alternatif dari pengajaran model ini adalah
perintahkan peserta didik untuk mengajarkan atau memberi bimbingan kepada
peserta didik lain secara individual atau dalam kelompok kecil.
3.
Strategi menutup pembelajaran matematika
Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan
guru untuk:
a. memberikan kesempatan bagi peserta didik merangkum atau membuat ikhtisar
dari pelajaran pada hari itu
b. memotivasi peserta didik untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau
menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok,
c. memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya,
d. mendapatkan penilaian dari peserta didik guna
perbaikan proses pembelajaran, dan
e.
memberikan salam penutup.
Cara yang baik untuk membelajarkan
membuat ikhtisar bahan ajar adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membuat ikhtisar dan menyajikan ikhtisar kepada peserta didik lain.
Strategi berikut dapat digunakan guru:
Prosedur
a.
Jelaskan kepada peserta didik bahwa bila
guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip belajar
aktif.
b.
Bagilah peserta didik menjadi kelompok
beranggotakan dua hingga 4 orang.
c.
Perintahkan setiap kelompok untuk
membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu. Doronglah setiap kelompok untuk
membuat uraian singkat guna disampaikan pada kelompok lain. Gunakan pertanyaan
panduan, misalnya:
1.
Apa judul materi yang baru saja
dipelajari?
2.
Tuliskan definisi atau rumus yang baru
saja dipelajari secara terurut!
3.
Digunakan dalam masalah apa saja rumus
yang baru di pelajari?
C. Pembelajaran Efektif.
Dalam proses belajar mengajar agar didapatkan suatu
hasil yang maksimal maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan
afektif sehingga tidak mengahabiskan waktu yang lama dan bertele-tele yang
kadang hasilnya kurang memuaskan.
Menurut Daniel Muijs dan David
Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran klasikal agar efektif maka harus
jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah kepada murid.
Hampir semua peneliti sepakat tentang pentingnya interaksi antara guru dan
peserta didik.
Didalam studinya terhadap peserta didik sekolah dasar
di Inggris ( Daniel Muijs , 2008) menemukan efek - efek positif dari
seringnya menggunkaan tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan menggunakan
petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi
untuk pengajaran yang efektif.
Peneliti – peneliti di Amerika telah
menunjukkan pentingnya interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka
sebelum studi – studi yang dilakukan di Eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 )
menemukan penggunaan beragam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam
penelitian mereka yang dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai
elemen yang paling luas diteliti dalam peneltian tentang mengajar. Oleh karena
itu perlu diketahui dalam tanya jawab yang efektif dan interaksi
yang efektif dalam pembelajaran.
Tanya jawab dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman
peserta didik untuk memberikan dasar pada pembelajaran peserta didik, untuk membantu
peserta didik dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka,
dan membantu peserta didik mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai
sesuatu ). Tanya jawab yang efektif dapat terjadi bila penguasaan
diri yang solid tentang strategi – strategi mana yang paling efektif.
Di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
langsung, berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran , ketika
topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka
seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat rendah
mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup, namun seorang
pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak pertanyaan proses tingkat
tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran
langsung bila peserta didik menjawab benar diberikan respon positif
namun impersonal dan bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang kurang
sepenuhnya benar, maka pengajar perlu memberikan prompt kepadanya untuk
menemukan jawaban yang benar.
Bentuk interaksi lain yang efektif dalam pembelajaran
adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar efektif perlu disiapkan dengan
seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang jelas kepada peserta didik
tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi peserta didik perlu dipastikan
untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin – poin utama yang
muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama ( produk
diskusi ) ini dapat dirangkum dan peserta didik diminta untuk meberikan
komentar tentang seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan( proses diskusi ).
Agar pembelajaran afektif guru juga harus memastikan bahwa peserta didik –
peserta didik yang pemalu yang mungkin kurang aktif untuk diberikan
kesempatan dalam keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.
D. Hasil belajar Matematika.
Penekanan pembelajaran matematika
lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses
ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang
paling utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk
memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun
sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur ketrampilan menghitung
dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12 )
mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar menambah
kepandaiannya.
Sementara itu Nana Sudjana (1995:22
) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan–kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne (
1978:47-48 ) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk
kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif , informasi verbal
, ketrampilan motorik dan sikap.
Gagne dan Briggs (1978:49-55)
menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut
adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan
pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan
terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing –
masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi
verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan
jalan mengatur informasi –informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik
adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang
berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan
dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi
kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan
dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-
ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta
pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai.
Kawasan psikomotor adalah kemampuan–kemampuan menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan
intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling
sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan
adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman
adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah
kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi
situasi–situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan
sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami,
(5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian–bagian menjadi satu keseluruhan
yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal
berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atapun yang
ditetapkan lebih dahulu.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari
para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar
matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang peserta
didik dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari
kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika
E.
Kerangka
Pemikiran.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif maka
seorang peserta didik akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran ,
sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam
pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai peserta didik akan mudah
diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang
menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai peserta didik dengan peserta
didik tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa peserta didik
aktif dalam pembelajaran akan memudahkan peserta didik menerima konsep yang
harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa peserta didik aktif
dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu
materi ajar.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan kerangka berfikir di atas, hipotesis tindakan
penelitian ini adalah “Bila menggunakan strategi pembelajaran aktif dalam
proses belajar, maka hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika pada materi
logaritmai akan meningkat secara signifikan”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, menggunakan model Kemmis&Mc Taggart(1988) yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari
4 langkah yaitu :
Perencanaan(Planning), pelaksanaan (Action), Pengamatan (Observation) dan Refleksi (Reflective). Penelitian
akan dilanjutkan jika tindakan yang diberikan belum mencapai indikator yang
diharapkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 42 Jakarta selama 4 bulan mulai
bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 pada mata pelajaran matematika
di semester 1 dengaan subyek penelitian peserta didik kelas X-4
berjumlah 37 orang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Awal.
Sebelum penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti mengadakan observasi dan
pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi
tindakan, yaitu kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta, tahun pelajaran
2011– 2012. Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar
kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang akan
diteliti oleh peneliti yaitu penerapan strategi pembelajaran
aktif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran materi
logaritma.Untuk mengungkap kondisi awal dari kelas yang menjadi objek tindakan
kelas ini maka peneliti melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1.
Perencanaan.
Untuk mengetahui
kondisi awal dari kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta tahun 2011 – 2012 maka
peneliti merencanakan observasi langsung pada pengajaran yang dilakukan oleh
guru pengajar matematika pada saat mengajarkan materi sifat –
sifat logaritma.
Observasi langsung
pada pengajaran yang dilakukan guru dilakukan untuk mengetahui strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru pengajar saat menyampaikan materi sifat –
sifat logaritma
Peneliti membantu guru pengajar
menyiapkan alat tes yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemapuan
penguasaan awal materi logaritma dari peserta didik.
2.
Pelaksanaan.
Pelaksanaan untuk
mengukur kemampuan awal peserta didik dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30
Agustus 2011 di awali pengajaran yang dilakukan oleh guru Pengajar
Matematika kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta yang mengajarkan sifat –
sifat logaritma dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran ini
peneliti mengamati kejadian – kejadian yang terjadi secara rinci pada saat guru
memaparkan materi sifat-sifat logaritma
Dalam menyampaikan
materi sifat – sifat logaritma guru memerlukan waktu 1 jam pelajaran dan 15
menit untuk pemberian contoh, selanjutnya guru memberikan
posttest dengan menggunakan soal yang telah dirancang sebelumnya.
Pada pelaksanaan ini peneliti dan guru pengajar bersama – sama mengawasi kerja
peserta didik dalam mengerjakan soal yang diberikan , sehingga keakuratan dari
hasil pengawasan dapat dipertanggung jawabkan.
Pada pelaksanaan posttest ini peserta didik
mengerjakan soal yang diberikan selama 30 menit.
3.
Hasil
Pengamatan.
Berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pada pengajaran yang
dilakukan, guru masih menggunakan cara pengajaran yang tradisional
yaitu guru sebagai pusat pembelajaran dan pengajaran materi sifat – sifat
logaritma tersebut diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Pada
pembelajaran berlangsung terlihat peserta didik asyik dengan kegiatannya
sendiri yang tidak ada kaitannya dengan apa yang disampaikan guru. Justru masih
terlihat peserta didik yang bermain – main dengan temannya tanpa memperdulikan
apa yang disampaikan oleh guru pengajar.
Dan dari hasil
pengerjaan peserta didik pada alat tes yang telah dirancang oleh guru setelah
diadakan koreksi maka didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil
koreksi tes awal dari 37 peserta didik yang ada di kelas tersebut
didapatkan hasil, 5 peserta didik mendapatkan nilai kurang dari 60 , 17 peserta
didik mendapatkan nilai antara 60 hingga 70, sedangkan peserta didik yang telah
tuntas atau mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal ada 15 peserta
didik . Dari paparan hasil nilai yang didapatkan peserta didik maka tampak
bahwa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 40,54 %
4.
Refleksi
Dari kondisi awal
yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengangkat kemampuan
penguasaan materi logaritma dari peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 42 Jakarta
Berdasarkan tanya
jawab yang dilakukan peneliti terhadap peserta didik, terungkap bahwa peserta
didik mempunyai kelemahan pada pengembangan skill pengerjaan suatu masalah
logaritma karena kurangnya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dalam
menyelesaikan masalah – masalah, sehingga peserta didik minta untuk diberi
kesempatan untuk menyelesaikan masalah sebelum guru pengajar menyelesaikannya.
Bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merencanakan
tindakan penelitian dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif pada
pembelajaran materi logaritma di kelas X-6 dengan memperlakukan pembelajarn
aktif pada kelompok besar.
B.
Deskripsi
Siklus I
1. Perencanaan
Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini peneliti
merencanakan tindakan yang meliputi :
1. Membuat silabus materi pembelajaran logaritma.
2. Membuat rancangan program pengajaran yang
diperuntukkan untuk pengajaran pada kelompok besar. Rancangan program yang
dibuat digunakan untuk pengajaran 2 x 45 menit dengan
rincian (1) apersepsi 10 menit (2) Kegiatan inti berisi pengerjaan lembar kerja
dan mengaktifkan peserta didik dengan metode tanya jawab selama 40 menit (3)
Penutup 5 menit (4) evaluasi 35 menit
3. Membuat lembar kerja peserta didik yang digunakan
untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar dengan penyusunan tahap demi
tahap yang membawa peserta didik dalam penemuan masalah atau penyelesaian suatu
masalah.
4. Membuat alat evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan
data kemampuan peserta didik setelah mendapatkan tindakan dengan menggunakan
strategi pembelajaran aktif yang diperuntukkan untuk kelompok besar
5.
Membuat
solusi dan langkah untuk disampaikan pada peserta didik berkaitan kelemahan
peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang telah di ujikan oleh guru.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 6 September 2011, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada peserta didik
tentang kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam
mengikuti kegiatan. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan peneliti pada
saat observasi pengajaran yang dilakukan oleh guru pengajar maka peneliti
menyampaikan kelemahan dan kekurangan – kekurangan yang dilakukan peserta didik
dalam menyelesaikan materi logaritma yang diujikan dengan
menggunakan metode tanya jawab. Peneliti membagikan lembar kerja yang telah
dirancang oleh peneliti untuk diselesaikan peserta didik secara keseluruhan dan
peneliti berkeliling untuk mengamati cara kerja peserta didik serta membantu
peserta didik yang mengalami masalah dalam menyelesaikan lembar kerja yang
dibagikan.Pada saat pelaksanaan menyelesaikan lembar kerja peserta didik tampak
beberapa peserta didik saling komunikasi dengan teman terdekatnya tentang cara
penyelesaian dari lembar kerja yang dibagikan. Sambil berkeliling peneliti
mencatat hambatan – hambatan yang terjadi pada saat peserta didik mengerjakan
lembar kerja tersebut selain itu peneliti juga mencatat peserta didik – peserta
didik yang aktif dan mampu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh
peneliti.
Peneliti memerintahkan pada peserta didik yang telah
mampu memecahkan masalah yang masih menjadi masalah pada sebagian
besar peserta didik , untuk dijelaskan pada temannya cara memecahkan masalah
tersebut.
Pada akhir pengajaran yaitu 35 menit terakhir dari
pembelajaran peneliti memberikan post test yang harus diselesaikan oleh seluruh
peserta didik secara individual.
3. Hasil Pengamatan
Setelah lembar
kerja yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan suatu masalah logaritma
dibagikan maka tampak peserta didik antusias dalam mengerjakan lembar kerja
tersebut.
Pada pengerjaan lembar kerja yang dibagikan ini tak
terlihat adanya peserta didik yang bermain – main ataupun asyik mengerjakan
pekerjaan yang lain, semuanya asyik dalam mengerjakan lembar kerja yang
dibagikan.
Pada pelaksanaan pengerjaan lembar kerja tersebut
tampak adanya peserta didik yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan
bertanya pada teman terdekatnya , namun ada pula peserta didik yang mengalami
hambatan dalam mengerjakan lembar kerja tersebut langsung bertanya
kepada peneliti dan guru pengajar.
Pada pengerjaan lembar kerja ditemukan peserta didik
yang belum memahami konsep dasar
logaritma bahwa serta Pada post test yang diberikan
setelah dikoreksi oleh guru pengajar dan peneliti didapatkan hasil sebagai
berikut :
Dari 37 peserta didik yang ada , 13 peserta didik
mendapatkan nilai kurang dari 75 , sedang 24 peserta didik telah mendapatkan
nilai diatas batas tuntas ( stantar ketuntasan minimal 75), hal ini berarti
64,86 % peserta didik telah mencapai ketuntasan.
4. Refleksi
Dengan melihat titik lemah yang terjadi pada sebagian
kecil peserta didik berkenaan konsep dasar logaritma maka perlu diadakan
penjelasan yang mendasar pada anak – anak yang mengalami hambatan dengan
memanfaatkan teman yang telah memahami konsep dasar logaritma tersebut untuk
menjelaskannya.
Mendata peserta didik yang punya kemampuan lebih dan
mampu untuk menyampaikan materi yang dikuasainya kepada temannya.
Perlunya dibentuk kelompok – kelompok kecil yang
terdiri dari 4 peserta didik. untuk berkolaborasi dalam belajar dan dipimpin
oleh anak yang punya kemampuan lebih dan mempu menyampaikan materi yang
dikuasainya.
Perlu dibuat suatu catatan – catatan dasar yang
peserta didik sering salah dalam mengartikan seperti untuk ditindak
lanjuti pada tindakan berikutnya.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Pada perencanaan siklus II ini peneliti dan guru
merencanakan tindakan sebagai berikut :
a.
Membuat
kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak dan masing – masing kelompok dipimpin
oleh anak yang dipilih dari anak yang punya kemampuan lebih dan mampu memimpin.
b.
Membuat
rancangan pembelajaran materi logaritma sub bahasan persamaan logaritma
sederhana untuk kelompok kecil yang dipergunakan bagi pengajaran selama 90
menit.
c.
Membuat
2 lembar kerja yang dipergunakan untuk diskusi kelompok
d.
Merencanakan
alat evaluasi yang berupa soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik.
2. Pelaksanaan Tindakan.
Seperti yang telah direncanakan maka peneliti
melaksanaan tindakan siklus II pada hari senin 12 September 2011 dengan materi
bahasan persamaan logaritma sederhana, pada tindakan di siklus II ini diawali
penjelasan kepada peserta didik tentang prosedur yang akan dilaksanakan pada
pembelajaran untuk kelompok kecil.
Peneliti membagi kelompok yang terdiri dari 4 peserta
didik dan menentukan ketua dari masing – masing kelompok tersebut, selanjutnya
peserta didik berkumpul menurut kelompok masing – masing.
Setelah peserta didik telah berkumpul dengan
kelompoknya maka peneliti membagikan lembar kerja peserta didik untuk
didiskusikan bersama dari masing – masing kelompok , pada saat peserta didik
mulai berdiskusi peneliti berkeliling untuk mencatat kesalahan – kesalahan yang
dilakukan kelompok untuk dibimbing serta mencatat peserta didik – peserta didik
yang pasif agar bisa diajak aktif oleh kelompoknya.
Setelah waktu yang ditentukan pada lembar kerja habis
maka peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerjanya dan kelompok lain diminta menanggapi apa yang telah
dipresentasikan, pada kesempatan ini peneliti memandu jalannya diskusi dan
bersama – sama peserta didik merumuskan jawaban.
Pada hari Selasa tanggal 13 September 2011
pada peserta didik diberikan evaluasi tentang penguasaan materi persamaan
logaritma sederhana dalam waktu 1 jam pelajaran atau 45 menit
3. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan siklus II ini tampak sekali bahwa
peserta didik sangat antusias dalam mengerjakan tugas kelompok, semua peserta
didik terlihat aktif bersama kelompoknya dalam menyelesaikan lembar kerja yang
diberikan peneliti.
Pada saat diskusi pembahasan materi yang diberikan
satu kelompok untuk ditanggapi oleh kelompok lain, kadang terlihat perbedaan
pola berfikir dari masing – masing individu dalam menyampaikan ide pemecahan
masalah yang diberikan.
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan setelah
dikoreksi didapatkan hasil yang sesuai dengan indikator pencapaian hasil yang
diharapkan karena dari 37 peserta didik yang ada dalam kelas X-6 tersebut hanya
terdapat 2 peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan
minimal, sehingga prosentasi peserta didik yang telah tuntas adalah 94,59 %.
4. Refleksi
Dari hasil evaluasi yang diberikan selama 1 jam
pelajaran atau 45 menit tenyata 35 peserta didik telah mampu mendapatkan nilai
di atas batas ketuntasan minimal namun masih terlihat kesalahan yang dibuat
oleh peserta didik dikarenakan faktor kekurang telitian peserta didik dalam
bekerja.
Masalah skill dan kecermatan dalam mengambil langkah
pengerjaan masih perlu ditingkatkan agar penguaasaan materi logaritma dapat
lebih baik lagi.
Keaktifan dari peserta didik secara keseluruhan telah
sesuai yang diharapkan oleh peneliti karena dalam mengerjakan lembar kerja
secara kelompok ini 99 % telah aktif dalam pembahasan lembar kerja yang
diberikan.
D. Deskripsi Antar Siklus.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai
pemantauan keadaan awal hingga pelaksanaan tindakan pada siklus II maka dapat digambarkan
seperti dibawah :
No
|
Indikator
|
Persentasi yang dicapai
|
||
Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Peserta didik dapat menyatakan Sifat – Sifat logaritma
|
40,54 %
|
71,43 %
|
96,43 %
|
2
|
Peserta didik dapat menggunakan sifat – sifat logaritma untuk
menyelesaikan masalah
|
64,86 %
|
89,29 %
|
|
3
|
Peserta didik dapat menyelesaikan Persamaan logaritma sederhana
|
94,59 %
|
E. Pembahasan dan Kesimpulan
Dari tabel antar siklus diatas tampak adanya hasil
dari masing – masing indikator yang harus dikuasai peserta didik setelah diberi
tindakan mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Peningkatan hasil
penguasaan materi logaritma ini bila dilihat dari tindakan yang dilakukan telah
sesuai dengan pendapat Vygotsky, aktivitas kalaboratif
(perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan
mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang
satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan
yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota
kelompok yang seusia. Jika anak nyaman dalam belajarnya maka akan diperoleh
hasil belajar yang baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran
berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi
untuk memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan
semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat setara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar